Ini adalah usia yang ideal bagi anak-anak untuk menerima pendidikan seks

Banyak orang tua yang masih menganggap bahwa diskusi dan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi adalah hal yang tabu atau tidak pantas.

Beberapa orang tua bahkan mungkin memandang pendidikan seks sebagai hal yang sama dengan mengajarkan anak-anak untuk menggunakan pornografi.

Mereka percaya bahwa anak-anak akan mengetahui tentang seks dengan sendirinya saat mereka tumbuh dewasa atau dewasa.

Baca Juga: Mimpi Basah: Penyebab, Rentang Usia, dan Frekuensi Normal

Padahal, penting untuk menanamkan pemahaman tentang kesehatan seksual dan reproduksi pada orang tua sejak dini.

Pendiri sekaligus ketua pertama Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak), Seto Mulyadi alias Kak Seto, mengimbau para orang tua untuk memberikan pendidikan seks yang memadai kepada anak-anaknya.

Menurutnya, orang tua harus menjadi kontak pertama bagi anak-anaknya untuk mendapatkan informasi tentang pendidikan seks yang benar.

Dapatkan informasi, inspirasi, dan wawasan di email Anda.
email pendaftaran

Saat ditanya usia berapa anak harus mendapatkan pendidikan seks, Kak Seto menjawab bisa dimulai pada usia 2,5-3 tahun.

Dijelaskannya, pada usia ini biasanya anak mulai menyentuh alat kelaminnya atau sudah penasaran dengan keadaan tubuhnya.

Kak Seto memberikan kisi-kisi, hal pertama yang harus diajarkan kepada anak dalam pendidikan seks adalah identitas seksual yang jelas sebagai laki-laki seperti ayah atau perempuan seperti ibu.

Baca juga: Inilah yang Terjadi Jika Wanita Mimpi Basah

Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah menjelaskan secara detail kepada anak jenis kelamin dan nama alat kelamin dengan peruntukan yang benar.

Menurutnya, orang tua tidak perlu ragu untuk menyebut penis atau vagina karena memang seharusnya begitu.

“Karena salah satu kendala dalam perkembangan psikoseksual adalah kaburnya identitas seksual, sehingga terjadi berbagai jenis LGBT atau penyimpangan perilaku seksual,” kata Kak Seto dalam percakapan telepon dengan Kompas.com pada akhir Desember 2020.

Setelah itu, menurut Kak Seto, penting untuk mengajari anak-anak cara merawat organ tubuhnya, mulai dari bibir, dada, alat kelamin hingga bokong.

Orang tua perlu menekankan kepada anak-anaknya bahwa bagian intim ini tidak boleh disentuh atau disentuh sembarangan. Demikian juga, itu tidak dapat disalahgunakan.

Selain itu, latih anak untuk menjaga kebersihan dan kesehatan organ intimnya, seperti menyiram dengan air saat buang air kecil, menggunakan sabun saat buang air besar (BAB), atau mengganti pakaian dalam secara teratur.

Baca Juga: 3 Penyebab Pubertas Dini Pada Anak Perempuan Yang Perlu Diwaspadai

“Setelah itu, orang tua dapat mulai mengembangkan pola perilaku anak secara umum sesuai jenis kelaminnya,” ujar orang yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI).

Kak Seto menekankan bahwa pengenalan organ seksual harus dijelaskan oleh orang tua dengan sebaik-baiknya, seperti halnya menjelaskan organ-organ lain di dalam tubuh.

Sebab, menurutnya, penting dan tidak boleh tabu untuk memberikan pengetahuan yang benar dan jelas kepada anak.

“Anak-anak harus berada di garis depan untuk melindungi diri mereka sendiri. Mereka juga perlu belajar berteriak atau melapor ketika seseorang mencoba menyentuh alat kelaminnya. Itu penting sampai anak tumbuh besar,” jelasnya.

Misalnya, pendidikan seks dapat membantu anak-anak dan remaja memahami perubahan fisik yang terjadi dan merawat tubuh, termasuk memahami persetujuan dan mencegah kekerasan seksual.

Selain itu, pendidikan seks penting agar anak dapat melakukan hal-hal berikut:

LIHAT JUGA :

https://ngelag.com/
https://newsinfilm.com/
https://pengajar.co.id/
https://rumusguru.com/
https://www.atursaja.com/
https://vncallcenter.com/
https://timeisillmatic.com/
https://boutiquevestibule.com/
https://journal-litbang-rekarta.co.id/

Mengatasi mitos dan misinformasi tentang kesehatan reproduksi
Kelola hubungan dengan baik
Memahami perubahan emosional dan sosial
Menghindari hal-hal yang berhubungan dengan risiko perilaku seksual, seperti: B. kehamilan di luar nikah
Termasuk pencegahan penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS